Wednesday, February 20, 2013

Total Dissolved Solids (TDS)


Total Dissolved Solids (often abbreviated TDS) is a measure of the combined content of all inorganic and organic substances contained in a liquid in: molecular, ionized or micro-granular (colloidal sol) suspended form. Generally the operational definition is that the solids must be small enough to survive filtration through a sieve the size of two micrometer. Total dissolved solids are normally discussed only for freshwater systems, as salinity comprises some of the ions constituting the definition of TDS. The principal application of TDS is in the study of water quality for streamsrivers and lakes, although TDS is not generally considered a primary pollutant (e.g. it is not deemed to be associated with health effects) it is used as an indication of aesthetic characteristics ofdrinking water and as an aggregate indicator of the presence of a broad array of chemical contaminants.
Primary sources for TDS in receiving waters are agricultural and residential runoff, leaching of soil contamination and point source water pollution discharge from industrial or sewage treatment plants. The most common chemical constituents are calciumphosphatesnitratessodiumpotassium and chloride, which are found in nutrient runoff, general stormwater runoff and runoff from snowy climates where road de-icing salts are applied. The chemicals may be cationsanions,molecules or agglomerations on the order of one thousand or fewer molecules, so long as a soluble micro-granule is formed. More exotic and harmful elements of TDS are pesticides arising from surface runoff. Certain naturally occurring total dissolved solids arise from the weathering and dissolution of rocks and soils. The United States has established a secondary water quality standard of 500 mg/l to provide for palatability of drinking water.
Total dissolved solids are differentiated from total suspended solids (TSS), in that the latter cannot pass through a sieve of two micrometers and yet are indefinitely suspended in solution. The term "settleable solids" refers to material of any size that will not remain suspended or dissolved in a holding tank not subject to motion, and excludes both TDS and TSS.[1] Settleable solids may include larger particulate matter or insoluble molecules.

Friday, February 15, 2013

Identifikasi Kandungan Formalin Pada Makanan


Identifikasi Kandungan Formalin Pada Makanan
( percobaan ini hanya dilakukan pada makanan yang tidak memiliki gugus pereduksi seperti ikan asin dan tahu. Reagen Cu juga bereaksi terhadap kandungan gula sederhana maupun protein tetentu. Pastikan identifikasi dilakukan sesuai prosedur.)

Tujuan Kegiatan

Dapat mengidentifikasi. Kandungan Formalin Pada Makanan

Dasar Teori

            Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuk gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang 'formalin').  Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.
Formalin jika termakan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan keracunan, tetapi jika tertimbun di atas ambang batas dapat mengganggu kesehatan. Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter.. Bahaya formalin dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan syaraf pusat dan ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian.
Alat
1.        Tabung reaksi
2.        Gelas kimia
3.        Penangas air/pembakar spiritus
4.        Penjepit tabung
Bahan
1.         Reagent Cu
2.         Aquades
3.         Bahan uji berupa makanan yang dicurigai mengandung formalin.
Prosedur Percobaan

  1. Didihkan aquades pada tabung reaksi.
  2. Masukan +/- 10 gram bahan uji kedalam tabung berisi air tadi dan tunggu sampai 5 menit.
  3. Ambil air rebusan bahan uji dan masukan kedalam tabung reaksi lain.
  4. Tambahkan 5 ml reagent Cu ke dalam tabung reaksi.
  5. Panaskan tabung reaksi selama 3 menit.
  6. Amati perubahan warna yang terjadi.

Indikator

Jika larutan berubah warna dari biru menjadi kuning-orange-merah berarti hasil uji positif (mengandung formalin).

Tabel Pengamatan
No
Bahan uji
Perubahan warna
1.


2.


3.


4.


5.




Uji Protein Dan Denaturasi Protein


Judul  : Uji Protein Dan Denaturasi Protein
Tujuan
1.      Dapat mengidentifikasi kandungan protein dalam makanan.
2.      Dapat mengamati peristiwa denaturasi protein.
Dasar Teori
            Protein merupakan salah satu sumber energi manusia. Selain itu protein memiliki fungsi yang khusus dalam tubuh manusia. Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses biologi. Peran-peran tersebut antara lain:
1. Katalisis enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis oleh enzim dan hampir semua enzim adalah protein.
2. Transportasi dan penyimpanan
Berbagai molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik. Misalnya transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin.
3. Proteksi imun
Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel dari organisma lain.
4. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi
Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh protein faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan saraf mengendalikan pertumbuhan jaringan saraf. Selain itu, banyak hormon merupakan protein.
Alat
1.      Tabung reaksi
2.      Gelas kimia
3.      Pipet
Bahan
1.      Putih telur
2.      Susu
3.      Cuka glasial
4.      Air jeruk
5.      Reagen biuret
Prosedur Percobaan
Uji Protein
1.      Masukan susu  5 ml kedalam tabung reaksi.
2.      Tambahkan 5 ml reagent biuret ke dalam tabung reaksi.
3.      Kocok tabung reaksi sehingga larutan tercampur merata.
4.      Amati perubahan warna yang terjadi.
5.      Lakukan hal yang sama pada putih telur.
Denaturasi Protein
1.      Masukan 10 ml susu ke dalam 2 tabung reaksi.
2.      Tambahkan 10 ml cuka ke dalam salah satu tabung reaksi dan air perasan jeruk pada tabung yang lain.
3.      Amati perubahan yang terjadi.
4.      Lakukan hal yang sama pada putih telur.
Uji Biuret
No
Makanan
Perubahan warna










            Denaturasi Protein
No
Makanan
Endapan










Indikator :
Uji positif pada biuret adalah munculnya warna ungu.
Protein dapat mengalami denaturasi karena asam, jika terjadi endapan ketika ditambahi asam organik dimungkinkan terdapat protein yang terdenaturasi.

Identifikasi Kandungan Gula Pereduksi Dalam Makanan


Judul        : Identifikasi Kandungan Gula Pereduksi Dalam Makanan
Tujuan Kegiatan
Dapat Mengidentifikasi Kandungan Monosakarida Pada Makanan
Alat
1.        Tabung reaksi
2.        Gelas kimia
3.        Penangas air/pembakar spiritus
4.        Penjepit tabung
Bahan
1.         Reagent Cu
2.         Aquades
3.        Bahan uji yang berupa makanan yang diprediksi mengandung monosakarida.
Prosedur Percobaan
  1. Masukan +/- 10 gram bahan uji kedalam tabung reaksi dan tambahkan 5 mL air.
  2. Tambahkan 25 ml reagent Cu ke dalam tabung reaksi.
  3. Panaskan tabung reaksi 3 menit.
  4. Amati perubahan warna yang terjadi.
Indikator
Jika larutan berubah warna dari biru menjadi kuning-orange-merah berarti hasil uji positif (mengandung monosakarida)

Tabel Pengamatan
No
Bahan uji
Perubahan warna
1.
Madu

2.
Gula pasir

3.
Susu

4.
Gula aren

5.



Sel Galvani


Judul        : Sel Galvani
Tujuan Eksperimen
            Membuat sel galvani sederhana dan mengetahui besar beda potensialnya.
Dasar Teori
            Sel galvani adalah salah satu contoh sel elektrokimia yang menghasilkan listrik. Sel galvani adalah sel yang paling berguna untuk menjelaskan proses reaksi redoks. Reaksi redoks melibatkan reduksi senyawa dengan potensial reduksi yang lebih tinggi dan oksidasi senyawa dengan potensial reduksi lebih rendah. Penulisan reaksi reduksi dan oksidasi ini sering kali terpisah. Seperti pada penyetaraan reaksi redoks dengan metode setengah reaksi. Reaksi redoks pada sel galvani juga demikian, dan bahkan ruang terjadinya reaksi oksidasi-reduksi juga terpisah. Oleh karenanya, menjadi mudah dipahami karena konsep yang memiliki kemiripan dengan objek aslinya(metode setengah reaksi dengan sel galvani).
            Sel galvani terdiri dari katode dan anode yang dihubungkan dengan suatu elektrolit yang memungkinkan terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi. Karena ruang pada proses reduksi dan oksidasi terpisah maka elektrolit pada tiap ruang juga terpisah. Untuk menghuhungkan kedua ruang ini digunakan elektrolit yang berperan untuk proses pelepasan dan penerimaan elektron. Penghuhung ini biasa disebut jembatan garam.
            Reaksi redoks yang menghasilkan listrik banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah baterai, sel aki, sel hidrogen(sel ini digunakan di jepang untuk mobil berbahan bakar air), sel metanol ( baru-baru ini juga ditemukan cara mengubah metanol menjadi listrik) dan sebagainya.

Alat
1.        Gelas kimia
2.        Jembatan garam (garam dapur dalam pipa U)
3.        Kabel
4.        Multitester
5.        Penjepit buaya
Bahan
1.          Larutan tembaga (II) sulfat
2.        Larutan seng (II) sulfat
3.        Larutan besi (II) sulfat
4.          Plat seng
5.          Plat tembaga
6.          Plat besi
Prosedur Eksperimen
  1. Susunlah alat seperti pada gambar, dengan elektroda tembaga dimasukan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat dan elektroda seng dimasukan ke dalam larutan seng (II) sulfat. Kemudian hubungkan kedua larutan dengan menggunakan jembatan garam yang berisi garam dapur.
  2. Catat jumlah beda potensila dengan multitester (voltmeter).
  3. Lakukan prosedur 1 dan 2 dengan mengganti larutan seng (II) sulfat dengan larutan besi (II) sulfat dan plat seng dengan plat besi.
No
Larutan elektrolit
Beda potensial
1.
Tembaga + seng

2.
Tembaga + besi