Wednesday, April 10, 2013

ANALISIS INSTRUMEN UNTUK PENELITIAN RANAH KOGNITIF


     Validitas Item Soal
       Validitas berasal dari bahasa Inggris dari kata validity yang berarti keabsahan atau kebenaran. Dalam konteks alat ukur atau instrumen asesmen, validitas berarti sejauh mana kecermatan atau ketepatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrumen yang valid akan menghasilkan data yang tepat seperti yang diinginkan. Sebagai contoh, jika kita ingin mengetahui berat maka alat ukur yang tepat adalah timbangan atau neraca bukan meteran, termometer, atau alat yang lain. Dengan kata lain, sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang diinginkan.
       Validitas dapat dibedakan menjadi  3 macam yaitu validitas isi (content validity), validitas konstruksi (construct validity), dan validitas berdasar kriteria (criterion related validity). Penelitian ini menggunakan dua macam validitas soal yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.
        Untuk mengukur validitas butir soal dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi point biserial yaitu :
r pbis 
keterangan :
rpbis                   = koefisien korelasi biserial
Mp                   = rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Mt                    = rata-rata skor seluruh siswa
p                      = proporsi skor siswa yang menjawab benar
                                    =
q                      = 1-p
St                     = standar deviasi total             (Arikunto, 2009:79)
rpbis yang diperoleh diuji dengan tarap signifikan (t hitung) 5% dan  dk = n-2 dengan rumus :
 thitung
keterangan :
t hitung     = uji signifikansi
rpbis         = koefisien korelasi biserial
n            = jumlah siswa yang mengerjakan soal
Soal uji coba yang telah dianalisis dengan menggunakan rumus tersebut di atas akan diperoleh hasil t hitung yang kemudian t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel, jika t hitung > t tabel maka butir soal dikatakan valid.

3.8.1.2  Reliabilitas
                                    Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes kemudian dikenakan pada sejumlah objek yang berbeda maka hasilnya akan tetap. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Data yang memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kalipun diambil,akan tetap sama hasilnya.
   Perhitungan reliabilitas untuk instrumen ini menggunakan rumus KR-21, dengan rumus sebagai berikut :
keterangan :
r 11   = reliabilitas instrumen
k      = banyaknya butir soal
Vt    = varians total
M    = skor rata-rata                                    (Arikunto, 2009:103)

Klasifikasi reliabilitas soal yang digunakan dalam penelitian disajikan Tabel 3.2
Tabel 3.1 Klasifikasi reliabilitas soal
Interval
Kriteria
0,80 ≤  r 11 ≤ 1,00
Sangat tinggi
0,60 ≤  r 11 < 0,80
Tinggi
0,40 ≤  r 11 < 0,60
Cukup
0,20 ≤  r 11 < 0,40
Rendah
r 11  < 0,20
Sangat rendah




 Taraf Kesukaran
        Indeks kesukaran soal merupakan bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk mencari tingkat kesukaran soal digunakan rumus :
Keterangan :
P      = indeks kesukaran
B     = jumlah siswa yang menjawab benar
JS    = banyak siswa                                   
                                                                        (Arikunto, 2009:208)

Tolok ukur tingkat kesukaran butir soal disajikan Tabel 3.3.
Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
Interval
Kriteria
P = 0,00
Sangat sukar
0,00 < P ≤ 0,30
Sukar
0,30 < P ≤ 0,70
Sedang
0,70 < P ≤ 1,00
Mudah
P = 1,00
Sangat mudah

  Daya Pembeda
Daya pembeda soal dimaksudkan untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Suatu soal mempunyai daya beda jika soal itu dijawab benar oleh kebanyakan siswa yang pandai dan dijawab salah oleh siswa yang kurang pandai. Arikunto (2009:211-213) menyatakan bahwa untuk mengetahui daya pembeda masing-masing soal, seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower group). Jika jumlah peserta tes kurang dari 100, maka seluruh peserta tes dibagi dua sama besar, 50% untuk kelompok atas dan 50% untuk kelompok bawah.
Langkah-langkah penentuan daya pembeda soal adalah:
1.    Menyusun skor tes yang tertinggi sampai yang terendah.
2.    Membagi subjek uji coba menjadi dua kelompok yang sama besar.
3.    Menghitung jumlah jawaban yang benar dari kelompok atas dan bawah.
4.    Menghitung daya beda dengan rumus :
Keterangan :
BA      = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab   benar;
BB       = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar;
JA        = jumlah siswa kelompok atas;
JB        = jumlah siswa kelompok bawah   
                                                            (Arikunto, 2009: 213)

Daya pembeda soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Interval
Kriteria
D ≤ 0,00
Sangat Jelek
0,00 < D ≤ 0,20
Jelek
0,20 < D ≤ 0,40
Cukup
0,40 < D ≤ 0,70
Baik
0,70 < D ≤ 1,00
Sangat Baik

                                                                                                            
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
__________.2006.  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta                        

No comments:

Post a Comment