Validitas Item Soal
Validitas berasal dari bahasa Inggris
dari kata validity yang berarti
keabsahan atau kebenaran. Dalam konteks alat ukur atau instrumen asesmen,
validitas berarti sejauh mana kecermatan atau ketepatan alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrumen yang valid akan menghasilkan data
yang tepat seperti yang diinginkan. Sebagai contoh, jika kita ingin mengetahui
berat maka alat ukur yang tepat adalah timbangan atau neraca bukan meteran,
termometer, atau alat yang lain. Dengan kata lain, sifat valid memberikan
pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang
sesungguhnya dari apa yang diinginkan.
Validitas dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu validitas isi (content validity), validitas konstruksi
(construct validity), dan validitas
berdasar kriteria (criterion related
validity). Penelitian ini menggunakan dua macam validitas soal yaitu
validitas isi soal dan validitas butir soal.
Untuk mengukur validitas butir soal
dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi point biserial yaitu :
r pbis
rpbis = koefisien
korelasi biserial
Mp =
rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Mt =
rata-rata skor seluruh siswa
p =
proporsi skor siswa yang menjawab benar
=
q =
1-p
St =
standar deviasi total (Arikunto, 2009:79)
rpbis yang diperoleh diuji dengan
tarap signifikan (t hitung) 5% dan dk = n-2 dengan rumus :
thitung
keterangan :
t hitung = uji
signifikansi
rpbis =
koefisien korelasi biserial
n = jumlah siswa
yang mengerjakan soal
Soal uji coba yang telah dianalisis dengan menggunakan rumus
tersebut di atas akan diperoleh hasil t hitung yang
kemudian t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel, jika t hitung > t tabel maka
butir soal dikatakan valid.
3.8.1.2
Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes kemudian
dikenakan pada sejumlah objek yang berbeda maka hasilnya akan tetap. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya pula. Data yang memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa
kalipun diambil,akan tetap sama hasilnya.
Perhitungan reliabilitas untuk instrumen ini
menggunakan rumus KR-21, dengan rumus sebagai berikut :
keterangan :
r 11 = reliabilitas instrumen
k =
banyaknya butir soal
Vt = varians total
M = skor rata-rata (Arikunto,
2009:103)
Klasifikasi reliabilitas soal yang digunakan
dalam penelitian disajikan Tabel 3.2
Tabel
3.1 Klasifikasi reliabilitas soal
Interval
|
Kriteria
|
0,80 ≤ r 11
≤ 1,00
|
Sangat tinggi
|
0,60 ≤ r 11
< 0,80
|
Tinggi
|
0,40 ≤ r 11
< 0,60
|
Cukup
|
0,20 ≤ r 11
< 0,40
|
Rendah
|
r 11
< 0,20
|
Sangat rendah
|
Taraf
Kesukaran
Indeks kesukaran soal merupakan bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang
tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk mencari tingkat kesukaran
soal digunakan rumus :
Keterangan
:
P = indeks kesukaran
B = jumlah siswa yang menjawab benar
JS = banyak siswa
(Arikunto,
2009:208)
Tolok
ukur tingkat kesukaran butir soal disajikan Tabel 3.3.
Tabel
3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
Interval
|
Kriteria
|
P =
0,00
|
Sangat
sukar
|
0,00
< P ≤ 0,30
|
Sukar
|
0,30
< P ≤ 0,70
|
Sedang
|
0,70
< P ≤ 1,00
|
Mudah
|
P =
1,00
|
Sangat
mudah
|
Daya Pembeda
Daya
pembeda soal dimaksudkan untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa
yang kurang pandai. Suatu soal mempunyai daya beda jika soal itu dijawab benar
oleh kebanyakan siswa yang pandai dan dijawab salah oleh siswa yang kurang
pandai. Arikunto (2009:211-213) menyatakan bahwa untuk mengetahui daya pembeda
masing-masing soal, seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok atas (upper group) dan
kelompok bawah (lower group). Jika
jumlah peserta tes kurang dari 100, maka seluruh peserta tes dibagi dua sama
besar, 50% untuk kelompok atas dan 50% untuk kelompok bawah.
Langkah-langkah
penentuan daya pembeda soal adalah:
1. Menyusun skor tes yang tertinggi sampai yang
terendah.
2. Membagi subjek uji coba menjadi dua kelompok
yang sama besar.
3. Menghitung jumlah jawaban yang benar dari
kelompok atas dan bawah.
4. Menghitung daya beda dengan rumus :
BA =
jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar;
BB =
jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar;
JA =
jumlah siswa kelompok atas;
JB =
jumlah siswa kelompok bawah
(Arikunto,
2009: 213)
Daya
pembeda soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya
Pembeda Soal
Interval
|
Kriteria
|
D ≤
0,00
|
Sangat
Jelek
|
0,00
< D ≤ 0,20
|
Jelek
|
0,20
< D ≤ 0,40
|
Cukup
|
0,40
< D ≤ 0,70
|
Baik
|
0,70
< D ≤ 1,00
|
Sangat
Baik
|
Arikunto, Suharsimi. 2006.
Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
__________.2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment