EKPERIMEN BERBASIS BAHAN SEKITAR
Pengganti tabung reaksi ini disarankan jika tidak terdapat tabung reaksi sama sekali. Penggunaan bohlam bekas sebagai tempat larutan ini akan tidak efektif jika tidak dilakukan dengan benar. Cara membuka tutup bohlam bekas memerlukan teknik khusus dimana logam yang melapisi ujung bohlam jangan sampai terlepas. Jika ujung bohlam terlepas akan menyebabkan ujungnya menjadi sangat tajam.
Seperti pada
gambar(1), bohlam digunakan sebagai tempat elektrolisis. Pada elektrolisis asam
sulfat dengan elektroda tembaga akan dihasilkan warna biru tembaga(II) sulfat.
Warna biru ini khas untuk ion Cu2+ dalam pelarut air. Pewarnaan biru
tua akan muncul dengan penambahan zat yang bersifat basa lewis. Contoh zat
bertindak sebagai basa lewis adalah amoniak, ion hidroksida dan ion tartrat.
Pewarnaan biru tua ini disebabkan ion kompleks Cu2+ yang terjadi
pada larutan. Kompleks ini merupakan agen pengoksidasi yang biasa digunakan
sebagai pengidentifikasi kandungan gula pereduksi.
2. Elektroda
Elektroda
merupakan istilah yang umum digunakan dalam semua sistem elektrokimia yang
melibatkan listrik. Permukaan Elektroda ini merupakan tempat terjadinya reaksi
kimia. Jika pada sel galvani terjadi reaksi kimia untuk menghasilkan energi
listrik maka pada sel elektrolsis terjadi hal kebalikannya. Sel elektrolisis
memanfaatkan energi listrik untuk menghasilkan reaksi kimia.
Berdasarkan
aktivitasnya, elektroda dapat dibagi menjadi
2, yaitu elektroda inert dan elektroda aktif. Elektroda inert adalah
elektroda yang tidak ikut bereaksi dalam sistem elektrokimia. Elektroda ini
hanya menyediakan tempat untuk terjadinya reaksi kimia. Contoh untuk elektroda
jenis ini adalah karbon, platina dan emas. Elektroda karbon lebih sering
digunakan karena harganya yang murah dan mudah didapat.
Elektroda jenis
kedua adalah elektroda aktif. Elektroda ini dapat mengalami reaksi kimia dalam
suatu reaksi elektrokimia. Jenis elektroda ini akan cenderung teroksidasi
menjadi ion pada anoda. Contoh untuk elektroda ini adalah tembaga, seng, besi,
dan kebanyakan logam transisi. Pada elektrolisis asam sulfat dengan menggunakan
elektroda tembaga akan menghasilkan larutan tembaga (II) sulfat. Logam tembaga
biasanya didapat dari isi kabel yang berwarna coklat kekuningan.
Gambar 2. Isi
Kabel Merupakan Tembaga
3. Elektrolisis Untuk Mendapatkan
Larutan Dan Mengubahnya Menjadi Suatu Pereaksi(Regensia)
Elektrolisis
merupakan salah satu sistem elektrokimia yang menggunakan energi listrik untuk
menghasilkan suatu reaksi kimia. Dalam hal ini elektrolisis bertujuan untuk
mendapatkan suatu larutan yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Penjelasan
untuk sistem elektrokimia ini didapatkan pada kelas XII jenjang Sekolah
Menengah Atas, karenanya hanya akan sedikit dibahas disini.
Komponen
elektrolisis setidaknya membutuhkan 3 bagian utama, yaitu elektroda, elektrolit
dan sumber arus listrik searah. Elektroda dibagi menjadi 2 bagian, yaitu katoda
dan anoda. Pada katoda selalu terjadi reaksi reduksi dari komponen larutan.
Pada anoda selalu terjadi reaksi oksidasi dari komponen larutan atau elektroda
itu sendiri yang mengalami oksidasi. Dengan mengkondisikan jenis larutan dan
jenis elektroda, kita dapat membuat larutan sesuai dengan yang kita inginkan.
Barangkali
metode analisis dengan menggunakan elektrolisis adalah metode yang cukup efesien.
Elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon akan menghasilkan larutan
yang bersifat basa. Sifat basa ini terjadi karena reduksi dari air pada katoda.
2H2O(l)
+ 4e à 2OH1-(aq)
+ H2(g) ............................................................................................ ...(1)
Ion hidroksida
(OH-) pada larutan dapat bergabung dengan ion Na+ dari
NaCl dan menjadi NaOH. Ini adalah contoh pembuatan larutan dengan metode
elektrolisis. Kenyataannya larutan selalu menjadi agak kehitaman. Hal ini
disebabkan elektroda karbon yang larut dalam larutan. Akan tetapi, hal ini
tidak mengganggu dalam eksperimen kualitatif.
Pembuatan
larutan dengan metode ini penting jika tidak terdapat sama sekali zat-zat
kimia. Oleh karenanya, akan dijelaskan satu persatu pembuatan larutan dengan
metode ini berikut cara penggunaannya.
Gambar 3.
Rangkaian Elektrolisis
3.1. NaOH
Larutan ini
dibuat dengan mengelektrolisis larutan garam dapur jenuh dengan elektroda
karbon. Pembuatan larutan ini adalah yang paling mudah didapat bahan-bahannya.
Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan NaCl jenuh dengan melarutkan
sebanyak mungkin garam dapur dalam 100 mL air. Elektroda karbon dapat diambil
dari baterai bekas. Baterai terdiri dari elektroda karbon yang terdapat
ditengahnya. Cara mengambilnya adalah dengan membuka baterai tersebut.
Elektrolisis
larutan garam dapur ini juga menghasilkan gas hidrogen pada katoda (reaksi 1)
dan gas klorin pada anoda. Gas klorin ini berbahaya dan jangan sampai terhirup.
Setelah elektrolisis dihentikan(+/- 4 jam) biarkan larutan terbuka selama 1 jam
untuk menghilangkan gas klorin dari larutan.
Gas hidrogen
merupakan gas ringan yang mudah terbakar. Untuk itu, jangan didekatkan dengan
api ketika gas ini memenuhi ruang elektrolisis. Terjadinya NaOH dapat diketahui
dengan mengambil sampel dan menetesinya dengan air perasan kunyit. Jika larutan
bersifat basa(NaOH), larutan kunyit akan berwarna merah. Pada pembuatan larutan
ini dimungkinkan larutan berubah menjadi agak kehitaman. Hal ini disebabkan
elektroda karbon yang luntur selama proses elektrolisis. Tetapi hal ini tidak
mengganggu dalam eksperimen-eksperiman yang akan dilakukan.
3. 2. Tembaga
(II) Sulfat (CuSO4)
Larutan ini
dibuat dengan mengelektrolisis larutan asam sulfat encer dengan elektroda
tembaga. Asam sulfat encer dapat diambil dari air aki zirr yang biasa dijual
dibengkel motor. Elektroda tembaga bisa diambil dari isi kabel. Tembaga adalah
logam yang berwarna coklat kekuningan.
Pada pembuatan
larutan ini, akan dihasilkan pewarnaan biru yang khas dari ion Cu2+ dalam
air(gambar 1). Larutan biru ini akan semakin terlihat seiring elektrolisis
dilakukan. Anoda(kutub positif) akan semakin berkurang karena oksidasi dari
tembaga (Cu).
Anoda : Cu(s)
à Cu2+(aq)
+ 2e
Katoda : 2H+(aq) + 2e à H2(g)
Reaksi
sel : 2H+(aq) + Cu(s)
à H2(g) + Cu2+(aq)........................................(2)
Larutan
asam sulfat ini lama kelamaan akan menjadi encer dan bahkan dapat hilang sama
sekali. Akan tetapi, untuk mendapatkan larutan yang bebas dari asam membutuhkan
waktu yang sangat lama. Untuk itu, elektrolisis cukup sampai warna biru
tembaga(II) sulfat nampak jelas. Larutan dapat dipekatkan dengan jalan
memanaskannya, tetapi panaskan larutan ini pada udara terbuka. Asam sulfat
merupakan zat yang berbahaya dalam keadaan gas. Jangan sampai menghirup gas
dari asam sulfat.
Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan larutan ini adalah asam sulfat merupakan air
keras. Jangan sampai terkena kulit secara langsung. Pakailah sarung tangan
karet pada setiap eksperimen.
3. 3. Larutan
Indikator Basa
Dalam kehidupan
sehari-hari, larutan yang bersifat basa banyak digunakan. Contohnya adalah
sabun, detergen dan obat maag. Dalam eksperimen, larutan yang bersifat basa
digunakan sebagai pereaksi. Contoh larutan basa adalah NaOH, KOH, dan
senyawa-senyawa yang melepaskan ion hidroksida dalam air. Indikator basa adalah
zat yang berubah warnanya jika berinteraksi dengan zat yang bersifat basa.
Dalam laboratorium biasanya digunakan indikator kertas lakmus merah.
Indikator alam
juga banyak digunakan di laboratorium. Dalam hal ini, kunyit merupakan
indikator basa yang khas. Air perasan kunyit dapat digunakan untuk mengetahui
kebasaan suatu larutan. Larutan kunyit yang semula kuning akan berubah menjadi
merah jika berinteraksi dengan suatu larutan basa.
Untuk memudahkan
penggunaan, kunyit digunakan untuk mewarnai kertas. Kertas ini berfungsi
seperti kertas indikator. Potongan kecil dari kertas ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kebasaan suatu larutan. Banyak ekstrak dari air bunga juga
dapat digunakan sebagai indikator basa.
3. 4. Regensia
Pengoksidasi
Regensia
(pereaksi) adalah larutan yang telah diketahui isi zat-zatnya dan reaksinya
terhadap zat lain. Dalam hal ini, regensia pengoksidasi adalah regensia yang
dapat mengoksidasi zat lain. Istilah ini umum terdapat dalam kebanyakan Blog
kimia. Suatu regensia pengoksidasi dapat mengoksidasi zat lain dan mengalami
perubahan kimia. Dalam analisis kimia, regensia ini digunakan untuk
mengidentifikasi sifat suatu zat. Suatu zat yang dapat bereaksi dengan
pengoksidasi merupakan zat pereduksi. Istilah oksidasi berarti mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Sebaliknya, reduksi berarti mengalami penurunan
bilangan oksidasi.
Secara umum,
semua pereduksi dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi. Hal ini penting untuk
dipahami karena dalam analisis nanti akan dipelajari bagaimana zat-zat ini
dapat berinteraksi dan diketahui
sifatnya. Pembuatan regensia pengoksidasi ini bersifat kualitatif,
artinya hanya dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya suatu zat
pereduksi. Pembuatan larutan-larutan ini menggunakan bahan-bahan disekitar
kita, sebaiknya lakukan prosedur dengan benar agar tidak terjadi kesalahan.
Kemungkinan terjadi kesalahan cukup besar jika tidak dilakukan sesuai prosedur.
3. 5. Regensia
kompleks Cu2+
Regensia ini
merupakan contoh dari regensia pengoksidasi. Regensia ini umum digunakan
sebagai penguji kandungan gula pereduksi dalam sampel. Dalam beberapa Blog
ditulis sebagai regensia fehling atau benedict. Hanya saja pengompleks yang
digunakan dalam regensia ini agak berbeda. Untuk lebih sederhananya kita
gunakan istilah regensia Cu untuk menamai pereaksi ini.
3. 5. 1.
Prosedur pembuatan
1.
Siapkan larutan CuSO4 seperti
pada no. 3.2.
2.
Siapkan larutan NaOH seperti pada No. 3.1,
larutan NaOH yang digunakan haruslah pekat. Untuk memekatkan larutan ini adalah
dengan cara memanaskannya sampai volumenya menjadi ¼ kali semula.
3.
Tambahkan sedikit demi sedikit NaOH
kedalam larutan CuSO4.
4.
Pewarnaan biru tua akan muncul dan tidak
terjadinya endapan merupakan tanda pembuatan larutan berhasil.
5.
Jika terjadi endapan dan larutan tidak
berwarna biru tua, pembuatan larutan gagal. Hal ini disebabkan larutan NaOH
yang digunakan kurang pekat. Untuk itu, larutan sebaiknya dibuat sedikit demi
sedikit(Larutan dibuat beberapa kali dengan membagi larutan CuSO4
dalam beberapa wadah).
Larutan biru tua
ini serba guna dalam eksperimen yang akan dilakukan.
Gambar 4. Warna
Biru Tua dari Regensia Cu
3. 6. Sumber
asam organik
Asam-asam
organik merupakan asam yang berasal dari mahluk hidup. Contoh yang paling mudah
adalah cuka. Cuka glasial adalah larutan asam asetat pekat yang biasa digunakan
untuk memasak. Contoh lain adalah asam sitrat dari buah jeruk dan asam oksalat
dari buah belimbing. Tetapi, asam dari buah ini jarang digunakan dalam
praktikum karena konsentrasinya yang sangat rendah.
Asam cuka dan
asam tartrat juga bisa digunakan sebagai pengompleks regensia Cu, dengan
sebelumnya ditambahi basa kuat untuk menetralkan asamnya. Asam cuka juga dapat
dielektrolisis dengan katoda tembaga untuk mendapatkan ion Cu2+ dalam ion asetat. Asam organik dipilih karena
tidak berbahaya jika terkena kulit secara langsung.
3. 7. Pembakar
spiritus
Pembakar ini
dibuat dengan menggunakan botol bekas yang tidak terlalu tinggi. Gunakan tutup
botol yang terbuat dari logam untuk menahan kain dari sumbunya. Isilah botol
dengan menggunakan spiritus atau metanol.
Gambar 5.
Pembakar Spiritus dari Botol Bekas
3.8. larutan penyangga
Larutan peyangga
adalah larutan yang dapat mempertahankan pH dalam larutannya. Larutan ini dapat
mempertahankan pH karena terdapat kesetimbangan asam lemah dan garam
konjugasinya. Aplikasi larutan penyangga dalam kehidupan sangat banyak.
Terutama pada minuman kemasan yang beredar di pasaran. Biasanya pengatur
kesaman(pengatur keasaman dalam minuman adalah larutan penyangga) dalam minuman
berupa asam sitrat dan natrium sitrat.
Kita dapat
dengan mudah membuat larutan penyangga dengan mencampurkan asam cuka dengan
soda kue. Reaksinya akan menghasilkan gelembung gas karbondioksida seperti pada
minuman berkarbonasi. Hasilnya berupa asam asetat dan natrium asetat sebagai
larutan penyangga.
4. Pengantar Eksperimen
Setelah kita
mampu membuat alat-alat dan bahan-bahan dari bahan sekitar maka kita akan
mempelajari bagaimana menggunakannya. Eksperimen-eksperimen yang ditulis disini
bersifat kualitatif, artinya kita hanya mengetahui sifat dari suatu zat dan
tidak terhitung konsentrasinya. Kerja yang dilakukan disini hampir sama dengan
kerja di laboratorium dan mungkin akan lebih sulit karena terbatasnya alat.
Akan tetapi, inilah tujuan Blog ini ditulis, untuk memudahkan eksperimen jika
anda berada dirumah. Pastikan anda optimis untuk berhasil karena prosedur yang
sudah disederhanakan.
Dalam Blog ini
hanya ditulis alat dan bahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
saja. Hal ini dikarenakan Blog ini bersifat edukatif, ditujukan untuk
proyek-proyek pendidikan, seperti melaksanakan eksperimen atau membuat karya
ilmiah remaja. Digunakannya bahan-bahan sekitar memungkinkan siswa untuk
berkreatifitas dalam mengembangkan tingkat pemahamannya. Dan lagi, eksperimen
dapat dilakukan dirumah sehingga pembelajaran tetap berlanjut meski siswa telah
pulang sekolah. Disini hanya ditulis sebagian kecil dari banyak eksperimen yang
dapat dilakukan.
4. 1.
Karbohidrat
Sebelum kita
menginjak pada cara kerja eksperimen, kita akan membahas satu persatu alur dari
eksperimen ini. Karbohidrat banyak ditemui dikehidupan sehari-hari. Karbohidrat
juga merupakan sumber energi utama bagi manusia. Karbohidrat terdiri dari unsur
C, H, dan O yang membentuk suatu polihidroksi aldehid atau keton atau turunan
mereka.
Karbohidrat yang
paling sederhana disebut monosakarida. Suatu molekul monosakarida tidak dapat
dihidrolisis(dipecah) menjadi satuan yang lebih kecil lagi. Glukosa,
monosakarida terpenting, kadang-kadang disebut dengan gula darah(karena
dijumpai dalam darah). Mamalia dapat mengubah sukrosa, laktosa(gula susu),
maltosa dan pati menjadi glukosa, yang kemudian dapat digunakan sebagai sumber
energi oleh organisme itu.
Disakarida
adalah karbohidrat yang terdiri dari 2 satuan monosakarida. Contoh disakarida
adalah sukrosa(gula pasir), hidrolisisnya akan menghasilkan 2 satuan
monosakarida(fruktosa dan glukosa). Pada umumnya monosakarida dan disakarida
berasa manis. Gula paling manis adalah fruktosa(gula buah, madu).
Polisakarida
adalah karbohidrat yang terdiri dari banyak satuan monosakarida. Suatu molekul
polisakarida dapat terbentuk dari ratusan satuan monosakarida. Contoh yang
paling mudah adalah nasi, jika terhidrolisis akan menjadi glukosa yang berasa
manis. Hal ini terjadi ketika kita mengunyah nasi didalam mulut dalam waktu
yang lama.
Dalam Blog ini
akan dibahas mengenai hidrolisis dari karbohidrat dan perubahan sifatnya.
Misalnya saja hidrolisis dari sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Hidrolisis
ini akan menyebabkan gula ini bertambah manis. Hal ini disebabkan fruktosa
terbentuk dari reaksi hidrolisis tersebut. Gula hasil hidrolisis ini disebut
dengan gula inversi, yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan sirup.
4. 2. Reaksi
karbohidrat
Bagaimana pun
juga, dalam analisis atau eksperimen selalu melibatkan reaksi-reaksi kimia.
Disini sedikit dibahas bagaimana suatu reaksi terjadi. Berikut reaksi-reaksi
yang dilibatkan :
4. 2. 1.
Hidrolisis
Seperti yang
telah dijelaskan, hidrolisis adalah terpecahnya suatu karbohidrat yang terdiri
dari lebih dari satu satuan monosakarida. Hidrolisis ini dapat terjadi melalui
beberapa cara, disini hanya dibahas melalui pengasaman dan enzim.
Dalam beberapa Blog
kimia, sukrosa jika ditambahi HCl dan dipanaskan akan terhidrolisis menjadi
glukosa dan fruktosa.
C12H22O11
(asam,H2O dan panas)à C6H12O6 + C6H12O6............................................................. ...........3
Untuk
polisakarida, reaksi yang terjadi lebih rumit, akan tetapi hasil akhirnya tetap
sama yaitu satu satuan monosakarida penyusunnya. Untuk pati, hasil
hidrolisisnya lengkapnya adalah glukosa. Pati(amilum) dapat bereaksi dengan
iodin membentuk kompleks yang berwarna biru gelap. Jika hidrolisis telah
dilakukan, hal seperti ini tidak dapat terjadi.
Proses enzimatik
sebenarnya memiliki mekanisme yang lebih rumit. Akan tetapi, hasil reaksi
akhirnya tetap sama yaitu satuan monosakarida penyusun karbohidrat itu. Contoh
paling mudah adalah pada pembuatan tape, dimana glukosa terbentuk pada
hidrolisis ini. Hal inilah yang menyebabkan tape berasa manis.
4. 2. 2.
Oksidasi karbohidrat
Proses oksidasi
ini biasanya terjadi pada monosakarida. Uji kimiawi untuk hal ini adalah dengan
menggunakan suatu regensia pengoksidasi(regensia Cu, lihat langkah 3.5). Suatu
gula yang dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi disebut gula pereduksi(karena
regensia pengoksidasi direduksi dalam reaksi itu). Bentuk gugus dalam molekul
glukosa yang dapat menjalani reaksi oksidasi ini adalah gugus aldehid. Oleh
karenanya, karbohidrat yang tidak memiliki gugus aldehid bebas bukan merupakan
gula pereduksi. Terdapat pengecualian pada fruktosa(fruktosa memiliki gugus
keton), dia dapat mudah mengalami oksidasi karena dalam larutan basa berada
dalam kesetimbangan dengan 2 aldehida
diastereomerik. Oleh karenanya fruktosa adalah gula pereduksi.
Hidrolisis dan oksidasi karbohidrat ini memiliki keterkaitan, dimana
polisakarida sesudah hidrolisis dapat dioksidasi oleh regensia Cu.
4. 3. Sistem
pendesakan logam dalam deret volta
Deret volta
disusun berdasarkan potensial elektroda tiap-tiap logam. Hal ini lazim dipahami
pada materi kimia SMA. Urutan elektroda standar menggambarkan kereaktifan suatu
unsur logam. Biasanya deret volta diawali dengan logam yang paling reaktif.
Dalam hal ini unsur K menempati awal penulisan deret volta. Logam kalium sangat
reaktif, reaksinya dengan air dapat mengakibatkan ledakan yang hebat. Jika
logam ini bersentuhan dengan udara maka akan segera membentuk oksidanya.
Semakin kekanan dalam deret volta maka logamnya semakin tidak reaktif. Dalam
hal ini emas memiliki kereaktifan yang paling kecil dan karenanya diletakan
pada akhir dalam deret volta.
Pendesakan logam
dapat terjadi juga karena potensial reduksi standar suatu unsur logam. Ion
logam Cu2+ dapat mengendap pada permukaan besi. Reaksi ini merupakan
reaksi yang spontan.
Cu2+
+ Fe à Cu + Fe2+
Hal yang sama
tidak dapat terjadi ketika ion logam Na+ direaksikan dengan logam
Fe. Hal yang berpengaruh hanyalah potensial reduksi standarnya dalam kasus ini.
Hal inilah yang menyebabkan larutan nacl tidak dapat bereaksi dengan logam
besi.Teori pendesakan logam sangat bermanfaat pada pelapisan logam dan
perlindungan logam agar tidak terjadi karat.
4.4. hidrolisis
dan larutan penyangga
Seperti yang
telah dibahas bahwa karbohidrat dapat pecah menjadi satuan yang lebih kecil
karena pengasaman. Dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, makanan yang terlalu
asam tidak dapat dimakan. Sebaliknya, makanan yang kurang asam cenderung mudah
rusak oleh bakteri. Untuk itu, perlu ditambahkan zat yang bila ditambahkan
dalam makanan dapat mempertahankan keasaman. Zat ini telah dibahas sebelumnya
yaitu larutan penyangga. Pada pembuatan acar, asam cuka ditambahkan dalam bahan.
Reaksi hidrolisis membuat makanan terasa
lebih manis dan berasa sedikit asam. Untuk mengurangi rasa asam, sebaiknya
ditambahi soda kue agar larutan tetap pada pH yang tidak terlalu asam.
jos banget bosq
ReplyDelete